Mataram, DTulis.com - Kota Tua Ampenan perlahan kian ditinggalkan. Padahal, ini adalah kota yang masuk data UNESCO tahun 2016 silam sebagai Kota Pusaka Cluster B.
Sayangnya, kota ini perlahan kehilangan pesonanya. Kerusakan anjungan Pantai Ampenan hingga tidak adanya pengembangan atas kehadiran kota ini membuat Kota Tua Ampenan terkesan stagnan.
Tak heran masyarakat Kota Mataram merindukan kejayaan Ampenan.
Anggota DPRD Kota Mataram Dapil Ampenan Ahmad Azhari Gufron mengatakan konsep pengembangan Ampenan belum jelas.
"Mau dibuat dan dijadikan seperti apa Kota Tua itu dengan Pantai Ampenan di dalamnya?" tanya dia.
"Apakah kota kuliner atau kota tuanya ditonjolkan seperti apa? Ini kan belum ada grand design besarnya.Saat ini hanya dikerjakan parsial tanpa arah jelas," kritiknya.
la memberi contoh di Pantai Ampenan, Pemkot Mataram tiba-tiba membangun lapak wisata kuliner dengan anggaran Rp 2,4 miliar. Sayangnya, sampai sekarang lapak tersebut tak juga ditempati karena dianggap tidak sesuai dengan kultur masyarakat pedagang di sana.
Kemudian proyek miliaran kembali dilakukan dengan rencana pembangunan menara lonceng Ampenan yang akan disiapkan menjadi pusat pembelajaran sejarah Ampenan yang lokasinya tepat berada di dekat Taman Jangkar. Sayangnya, belum ada kejelasan juga mengenai kelanjutan dan pemanfaatan proyek ini.
"Dinas Pariwisata ini belum tahu Ampenan ini akan dijadikan apa. Sehingga pembangunannya terkesan sepotong dan tidak tuntas," ucapnya.
Politisi PAN ini mencatat banyak bantuan kementerian yang seharusnya bisa mengakomodir pengembangan Ampenan. Menyusul Kota Tua Ampenan dikatakannya masuk cagar budaya warisan dunia.
Namun hingga saat ini, dewan mengaku belum tahu bagaimana keseriusan Pemkot Mataram membranding Ampenan seperti apa.
"Pemkot belum serius menata Kota Tua Ampenan. Contoh saja di sepanjang
Pantai Ampenan itu abrasi hingga banjir rob. Ini menjadi hal yang setiap tahun terjadi, tetapi kan belum ada solusinya," ucap dia merasa kecewa.
la melihat tidak ada kesungguhan menuntaskan semua persoalan Ampenan. Justru ia melihat Pemkot selalu beralasan masalah Ampenan menjadi tanggung jawab provinsi hingga Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara I.
Harusnya Pemkot Mataram dimintanya segera melobi ke pusat. Gufron akan mengangkat topi jika Pemkot Mataram mampu mengantisipasi bencana
tahunan dan menghadirkan solusi.
Menjadikan Ampenan menjadi salah satu branding pariwisata unggulan Kota Mataram dengan infrakstruktur penunjangnya.
"Kami minta keseriusan Pemkot Mataram menyiapkan grand design Ampenan seperti apa. Jangan hanya orientasi dapat proyek, tetapi bagaimana manfaatnya. Itu yang terpenting," tegasnya.
0 Komentar