Mataram, DTulis.com - Cakranegara adalah salah satu kecamatan di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian penduduknya agama Hindu yang tersebar di wilayah Kecamatan Cakranegara, dimana terdapat banyak budaya dan adat istiadat, salah satunya adalah tabuh rah, yang merupakan bagian ritual keagamaan umat Umat Hindu di wilayah Cakranegara,
Orang lebih mengenalnya dengan nama Tajen atau Sabung Ayam, dimana awalnya sebagai kegiatan suci keagamaan seiring waktu berjalan tabuh rah dijadikan hiburan dan ajang perjudian oleh oknum masyarakat sekitar wilayah cakranegara sehingga tajen atau sabung ayam di wilayah Cakranegara sering digunakan sebagai alat untuk melakukan perjudian.
"Salahsatunya di Pura Wantilan Karang Siluman ada oknum masyarakat yang memanfaatkan kesempatan tersebut".
I Gede Hardi Haryawan SH, sebagai tokoh masyarakat dan tokoh agama Hindu, menjelaskan, Tabuh Rah adalah taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian Upacara Yadnya. Penaburan darah dilaksanakan dengan Menyembelih, Perang Satha (Terung Perahatan) dilengkapi dengan aduaduan (Kemiri, Telur/Taluh, Kelapa, Andel-andel, beserta Upakaranya.
Ritual Tabuh Rah yang sebenarnya adalah melepas 2 ekor ayam jantan yang mempunyai taring di kakinya untuk di adu.
Begitu tiga kali ayam itu melakukan benturan (Tiga Parahatan/3 sehet), ritual itu sudah selesai, serta tanpa adanya taruhan yang bersifat perjudian.
"Nah, kalau setiap hari di lakukan, itu namanya memperkaya di sendiri, alias bisnis".
Saya secara peribadi, akan tentang semua ini, saya minta kepada masyarakat dan aparat yang berwenang, menindak tegas penyalahgunaan Pura tersebut di jadikan judi sabung ayam.
Sementara di areal Pure tersebut, boleh di gunakan untuk acara Ritual Suci, seperti Bhuda Manis atau Odalan, kalau di pakai setiap hari, itu namanya Judi Sabung Ayam, ujarnya.
Di tempat yang terpisah, Masyrakat Karang Siluman Cakranegara juga mengatakan, tidak setuju dengan hal tersebut.
Masyarakat tersebut meminta agar segera ditindak penyalahgunaan pure tersebut, karena ini meresahkan umat Hindu yang ada di Lombok, malu kita kalau di dengar kepada masyarakat semeton Sasak.
Tabuh Rah itu di gunakan hanyanya 6 bulan sekali, di mana waktu tempat suci itu di lakukan, ini di lakukan setiap hari, saya sebagai masyarakat hindu tidak setu tengan itu, pungkasnya.
Sementara itu, Kapolresta Mataram, Kombes Pol. Hendro Purwoko, S.I.K., M.H., bersama jajaran langsung turun ke lokasi setelah menerima laporan warga. Setibanya di lokasi, petugas segera membubarkan arena sabung ayam dan memberikan peringatan keras kepada para pelaku.
Kombes Pol Hendro menegaskan komitmen Polresta Mataram dalam memberantas segala bentuk perjudian yang meresahkan masyarakat. Ia menyebutkan bahwa langkah tegas ini merupakan upaya preventif untuk menjaga situasi Kota Mataram tetap kondusif menjelang perayaan Nataru.
“Kami bertindak cepat setelah menerima laporan warga. Tidak ada toleransi untuk praktik perjudian yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat. Menjelang Natal dan Tahun Baru, kami ingin memastikan Mataram tetap aman dan kondusif,” tegasnya.
Polresta Mataram juga mengimbau masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam menjaga keamanan lingkungan. Warga diminta segera melaporkan apabila menemukan aktivitas serupa agar bisa segera ditindaklanjuti.
Sebagai langkah pengamanan tambahan, kepolisian memastikan patroli akan ditingkatkan di sejumlah titik rawan kerumunan dan kegiatan ilegal lainnya. Upaya ini menjadi bukti keseriusan Polresta Mataram dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga menjelang perayaan akhir tahun.

0Komentar